JAKARTA | POTRET - Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, sehingga menjadi negara terbesar populasinya nomor empat di dunia.
Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, sehingga menjadi negara terbesar populasinya nomor empat di dunia.
Namun populasi yang besar itu mengkonsumsi banyak produk pertanian. "Selain mengekspor produk pertanian mentah tanpa diolah, nyatanya kebutuhan produk pertanian dalam negeri juga tidak terpenuhi," kata Deputi Bidang Statistik Produksi, Badan Pusat Statistik Adi Lumaksono.
Adi menambahkan, impor produk pertanian makin besar, pada tahun 2003 impor produk pertanian sebesar 3,34 miliar dollar AS. Angka ini, naik empat kali lipat dalam 10 tahun terakhir.
Pada 2013, nilai impor produk pertanian sudah mencapai 14,90 miliar dollar AS. Tidak hanya dari segi nilai yang semakin tinggi, volume impor produk pertanian diakui juga lebih besar.
Adi menuturkan, ini menjadi keprihatinan dalam neraca pembayaran Indonesia. "Dollar AS kita terpaksa dibayarkan keluar banyak untuk produk pertanian, padahal kita negara agraris," katanya.
Ada beberapa permasalahan di sektor pertanian yang menjadikan impor produk pangan makin tinggi, kata Adi. Salah satunya adalah soal daya saing.
Impor produk pertanian subsektor hortikultura dari Thailand cukup besar. Dari segi kualitas, produk nasional sebenarnya tak kalah saing. Hanya saja konsumen Indonesia senang dengan ukuran yang lebih besar. "Ada Jambu bangkok, durian bangkok, ayam bangkok, perkutut bangkok," tutupnya.(potret/dna).
Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, sehingga menjadi negara terbesar populasinya nomor empat di dunia.
Namun populasi yang besar itu mengkonsumsi banyak produk pertanian. "Selain mengekspor produk pertanian mentah tanpa diolah, nyatanya kebutuhan produk pertanian dalam negeri juga tidak terpenuhi," kata Deputi Bidang Statistik Produksi, Badan Pusat Statistik Adi Lumaksono.
Adi menambahkan, impor produk pertanian makin besar, pada tahun 2003 impor produk pertanian sebesar 3,34 miliar dollar AS. Angka ini, naik empat kali lipat dalam 10 tahun terakhir.
Pada 2013, nilai impor produk pertanian sudah mencapai 14,90 miliar dollar AS. Tidak hanya dari segi nilai yang semakin tinggi, volume impor produk pertanian diakui juga lebih besar.
Adi menuturkan, ini menjadi keprihatinan dalam neraca pembayaran Indonesia. "Dollar AS kita terpaksa dibayarkan keluar banyak untuk produk pertanian, padahal kita negara agraris," katanya.
Ada beberapa permasalahan di sektor pertanian yang menjadikan impor produk pangan makin tinggi, kata Adi. Salah satunya adalah soal daya saing.
Impor produk pertanian subsektor hortikultura dari Thailand cukup besar. Dari segi kualitas, produk nasional sebenarnya tak kalah saing. Hanya saja konsumen Indonesia senang dengan ukuran yang lebih besar. "Ada Jambu bangkok, durian bangkok, ayam bangkok, perkutut bangkok," tutupnya.(potret/dna).


Post a Comment