
Letnan Jenderal TNI Edy Rahmayadi anak dari alm. Kapten TNI Rachman Ishaq yang asli penduduk Kota Medan bersuku Melayu Deli. Edy Rahmayadi pernah menjadi Komandan Yonif Linud 100/Prajurit Setia yang bermarkas di Namu Sira-Sira, Langkat, Sumatera Utara.
Pendidikan Militer , Akabri (1985), Sussarcab Inf (1985), Selapa/Inf. (1992), Selapa II/Inf (1995), Seskoad (1998), Lemhannas (2011).
Jabatan yang pernah dipimpin, Danton di jajaran Kopassus (1985), Danton Kostrad (1985), Danton Yonif 321 Kostrad (1985), Danton Yonif 323 Kostrad (1986), Danton Yonif2/A 323 Kostrad (1987), Danton I/B Yonif 323 Kostrad (1988), Dankipan B Yonif 323 Kostrad (1989), Dankipan A Yonif 323 Kostrad (1993), Kasi Ops & Org Bagsis (1995), Ps. Pbdy lat I/BB (1998), Danyonif Linud 100/PS, Kodam Bukit Barisan (1998), Kasi Ops Rem 031/WIrabraja, Kodam Bukit Barisan (2001), Kasi Ops Rem 011/Lilawangsa, Kodam Iskandar Muda (2001), Dandim 0316/Batam, Kodam I/Bukit Barisan (2002), Kasrem 031/Wirabraja, Kodam I/Bukit Barisan (2004), Pabandya-3/ Banglarsat, Paban III/Binorg, Sopsad (2006), Dosen Gol. IV Seskoad (2007), Patun Seskoad (2007), Asops Kasdam Iskandar Muda (2008), Danmentar Akademi Militer (2010), Pamen Denma Mabesad (2011), Danrem 174/Anim Ti Waninggap Kodam XVII/Cendrawasih 2012), Dir. Tap Sembelneg Deputi Bid. Taplai Bangsa Lemhanas RI (2013), Pangdivif 1 Kostrad (2014), Pangdam I/Bukit Barisan (2015).
1998, adalah awal era reformasi Indonesia menggantikan pemerintahan Orde Baru. Euforia reformasi di seluruh tanah air memungkinkan siapa saja dapat berbicara bebas mengenai apa saja pada waktu kapan saja yang didirikan pada era Orde Baru termasuk yang tidak luput dari sasaran kritik dan hujatan publik.
Dalam merumuskan tindakan-tindakan efektif untuk menormalisasi kehidupan bangsa, para pimpinan negara (termasuk TNI) memerlukan informasi akurat berdasarkan fakta-fakta okyektif di lapangan mengenai “apa” dan “mengapa” rakyat bersuara keras atau bahkan marah. Khusus terhadap TPL sampai-sampai ada tuntutan tutup.
Untuk mencari tahu “apa” dan “mengapa” itu Yon Linud-100 melakukan penyisiran dari punggung Bukit Barisan. Singkat kata, ekspedisi itu menghasilkan kesimpulan, salah satunya rupanya telah lama terjadi rasa tidak puas sebagian masyarakat sekitar terhadap cara-cara pengoperasian perusahaan dan pergantian rezim pemerintahan menjadi momentum untuk menyuarakannya.
Kesimpulan lain, ternyata sebagian sikap penentangan itu dilatarbelakangi hal-hal bernuansa politis. Dan, sebagian tuntutan yang disuarakan di dalam negeri berkaitan dengan kepentingan-kepentingan di luar negeri.
Belajar dari histori masa lalu tersebut, serta untuk merespons arah pembangunan nasional dewasa ini dan ke depan, Pangdam I/BB menasihatkan dunia usaha pada umumnya membangun secara mandiri kemampuan mengelola kebutuhan keamanannya dalam berinvestasi.
Berbagai strategi tentu diperlukan, tetapi pada dasarnya dapat dipelajari untuk dicoba terapkan sesuai kebutuhan. Salah satu cara yang lagi tren ialah menggalang kebersamaan dengan masyarakat di sekitar daerah-kerja perusahaan melalui program-program pemberdayaan masyarakat (CD–commmunity development) atau tanggung jawab sosial perusahaan (CSR–corporate social responsibility). Normalnya, bila masyarakat sudah ikut memperoleh manfaat atas kehadiran suatu perusahaan, mereka akan menolak bila diajak berdemo atau menentang.
Untuk mendapatkan model-model strategi yang efektif untuk diterapkan secara mandiri, Pangdam I/BB mempersilakan manajemen perusahaan meminta bantuan instansi keamanan yang sudah terlatih mengelola berbagai jenis krisis, seperti kepolisian (sambil menunjuk kepada seorang komisaris polisi yang hadir dari Polres Tobasa) dan juga TNI (menunjuk Aster Kodam I/BB).
Ia berharap demi kemajuan bangsa akan semakin banyak investasi bisa berkembang dan memperoleh dukungan di tanah air.(su.red)
Post a Comment