Medaputih",tret RI - 6/4/16, Kejadian itu pun terulang lagi, dengan tipu daya dari para petinggi petinggi baju hijau yang diyakini adalah dari rakyat diera reformasi sudah nampak jelas jati diri TNI, yang bisa menindas para Purnawirawan yang tidak memiliki masa untuk mempertahankan wilayah yang diberikan Pimpinan terdahulu mereka sebagai hibah untuk tempat tinggal.
TNI yang nota bene berada di terotorial keamanan mempunyai kekuasaannya telah menindas warganya sendiri, yang mereka mereka adalah para purnawirawan, janda janda, dan anak anak yatim, dan sekarang ini TNI membuka peluang untuk merekrut anak anak mereka untuk dijadikan tumbal melawan orang tua mereka yang berjuang melawan kolonial.
Apakah bisa dikatakan TNI dari rakyat bila petinggi yang dari rakyat itu menindas rakyatnya sendiri sedangkan mereka tidak berani melawan kolonial asing dengan intrik intrik dan nyata telah melakukan tindakan terhadap kedaulatan Negara Republik Indonesia.
Hal ini yang menjadi perlawanan diseluruh penghuni Asrama TNI-POLRI di Nusantara, intimidasi dan ancaman ancaman juga sudah dilakukan para oknum oknum TNI yang berpangkat dibahu.
Diantaranya ditemukannya kriminalisasi oleh oknum berpangkat Kolonel dengan jabatan Asloq kepada Kasad, bahwa pengusiran itu dikarenakan adanya Narkoba, adanya pencurian Listrik, dan tidak membayar listrik, "semuanya itu tidak benar, kalau kami disini ad Narkoba kenapa baru sekarang, bukannya Bapak itu yang membackup para bandar, dan bernaung di Media centre Kodam yang dipimpin oleh Kulit putih alias mata sipit alias tiongkok dan Taipan", ungkap warga asrama yang sangat kesal dan kecewa, diusir dari rumahnya sendiri serta diratakan oleh Asloq dan Jajarannya.
Kriminalisasi juga ditimbulkan seperti yang dilakukan Asloq Kolonel Anggoro kepada atasannya "mereka itu tidak membayar listrik sudah sampai 2 tahun ini sudah merugikan Negara, dan telah mencuri listrik", ungkap warga mencontohkan gaya bicara anggoro kepada Kepolisian Patumbak. "bila kami dikatakan mencuri Listrik, Kodam sendiri banyak mencuri, dan disemua komplek mereka mencuri listrik semua",ungkap warga ex widuri menjawab kriminalisasi Kodam I/BB melalui Asloqnya.
Diketahuinya dan sangat disesalkan warga, yang juga mengetahui adanya kebusukan kebusukan para petinggi kodam I/BB, "rumah rumah diseluruh ex asrama yang kami huni ini udah diperjual belikan oleh mereka, ada yang sampai 50 juta, sedangkan kami diusir melebihi binatang",ungkap seorang istri Purnawirawan Asrama TNI widuri.
"Abdi, Joko, Kolonel anggoro itu adalah satu kesatuan yang memperjual belikan asrama ex kodam, kami dapat informasi langsung dari penghuni asrama yang lain yang tidak diusir dari asrama, mereka diharuskan membayar kepada kodam dengan nominal lebih parah dari rumah sewa",ungkap warga kembali, yang tidak ingin disebutkan namanya.
Pemaksaan dan tindakan intimidasi sepertinya halal bagi Kolonel dan para Jenderal di Negara ini terhadap masyarakat yang nota benenya adalah pribumi yang memperjuangkan kemerdekaan, nah sekarang kebalikannya adalah Para pejuang menjadi kain lap dan keset jalan untuk dipijak dan dianggap tidak pernah ada. "Harapannya Kodam diperiksa Mabes TNI yang betul betul murni pada Negara Kesatuan Republik Indonesia, apakah mereka berani memeriksa bawahannya dengan tidak melaporkan ke kas negara dari tindakan mereka, memeras warga",ungkap salah satu anggota LBH Kap Ampera HM.Agussyah SE,SH. yang sebelumnya LBH ini telah dikriminalisasi oleh Oknum Kodam bahwa mereka adalah Penipu dan sudah tidak ada lagi namanya Lembaga Bantuan Hukum itu dan tidak ada apa apanya dengan Mereka.
"Dengan adanya pernyataan Oknum Kodam seperti itu, tanggal 7/4/16 kami turut kejalan di Jakarta untuk meminta pertanggung jawaban dari Presiden, Menkopolhukam,Panglima TNI untuk menyuarakan bahwa kami itu ada dan memperjuangkan hak hak rakyat"(su.red)
+ comments + 2 comments
DAFTAR PENGKHIANAT DI WIDURI :
1. KULES
2. IRIL
3. IDA LUBIS
4. IDA MANAP
5. HERMAN KELENG
PERJUANGAN BELUM BERAKHIR, INGAAAATT ITU......!!!! TUNGGU PEMBALASAN KAMI.
Bagus.....
Oknum TNI yang terlibat harus di ADILI.....
Post a Comment