H.PERAK | POTRET RI - Kesal terhadap operasional pengerukan pasir di perairan Paluh Kurau menyebabkan terganggunya mata pencarian nelayan, akhirnya hari ini ratusan massa nelayan asal Hamparan Perak dengan menaiki sejumlah bus angkot menuju ke kantor Bupati Deli Serdang berlanjut ke Poldasu, Kejatisu dan DPRDSU guna memprotes aktivitas pengerukan dan penimbunan pasir oleh pihak PT Shanghai dan PT Mabar Elektrindo di kawasan Paluh babi Desa paluh Kurau Kecamatan Hamparan Perak, Rabu siang (21/10).
Ratusan massa nelayan tersebut tergabung dalam wadah Gabungan Nelayan Hamparan Perak (GNHP) dan DPC.POKER Kota Medan dikordinir Rahmad Kahairi dan Muhammad Nasib tersebut pada intinya memprotes adanya pengerukan dan penimbunan pasir untuk pembangunan PLTU yang berdampak sosial, lingkungan terhadap masyarakat nelayan tradisional yang ada di sekitar bantaran sungai ditambah lagi kurangnya perhatian dan sikap peduli dari aparatur pemerintah setempat dan daerah terhadap permasalahan masyarakat nelayan tradisional.
Berangkat dari itulah, GNHP dan DPC.POKER Medan bersama masyarakat nelayan tradisional sungai bedera yang mengantungkan hidup dan penghidupan dari sungai dan garis pantai seperti mencari ikan, udang dan kepiting bakau didaerah tersebut dari pada itu pihaknya memohon diperhatikannya masalah lahan tangkap yang semakin terganggu akibat aktivitas pengerukan pasir membuat nelayan semakin tertindas dan terzolimi.
menurut Rahman, Persoalan ini telah dirasakan masyarakat selama berbulanbulan dan telah disampaikan pada aparatur Pemerintah setempat namun hingga kini tidak ada tindakan tegas terhadap persoalan yang kami hadapi justru mereka memandang permasalahan ini sebelah mata.Kami menduga telah terjadi kongkalikong antara pengusaha dengan aparatur Pemerintah yang mana hal tersebut membuat makin hancurnya lahan hutan Mangrove dan sungai tempat kami mencari nafkah.
Kami memohon kepada Bupati Deli Serdang, kapoldasu, Kejatisu dan DPRD Sumut agar mendengarkan aspirasi para nelayan tradisional yang saat ini dalam keadaan tertekan, tertindas dan terzolimi oleh eksploitasi pengerukan pasir sungai, penebangan pohon mangrove, dan penutupan 10 anak sungai (Paluh) seperti paluh udang, paluh luka, paluh lumpur, paluh kurau, paluh besar, paluh pelakak, paluh sorong, paluh benteng, paluh tiga, paluh babi.(Red/Hpr).
Ratusan massa nelayan tersebut tergabung dalam wadah Gabungan Nelayan Hamparan Perak (GNHP) dan DPC.POKER Kota Medan dikordinir Rahmad Kahairi dan Muhammad Nasib tersebut pada intinya memprotes adanya pengerukan dan penimbunan pasir untuk pembangunan PLTU yang berdampak sosial, lingkungan terhadap masyarakat nelayan tradisional yang ada di sekitar bantaran sungai ditambah lagi kurangnya perhatian dan sikap peduli dari aparatur pemerintah setempat dan daerah terhadap permasalahan masyarakat nelayan tradisional.
Berangkat dari itulah, GNHP dan DPC.POKER Medan bersama masyarakat nelayan tradisional sungai bedera yang mengantungkan hidup dan penghidupan dari sungai dan garis pantai seperti mencari ikan, udang dan kepiting bakau didaerah tersebut dari pada itu pihaknya memohon diperhatikannya masalah lahan tangkap yang semakin terganggu akibat aktivitas pengerukan pasir membuat nelayan semakin tertindas dan terzolimi.
menurut Rahman, Persoalan ini telah dirasakan masyarakat selama berbulanbulan dan telah disampaikan pada aparatur Pemerintah setempat namun hingga kini tidak ada tindakan tegas terhadap persoalan yang kami hadapi justru mereka memandang permasalahan ini sebelah mata.Kami menduga telah terjadi kongkalikong antara pengusaha dengan aparatur Pemerintah yang mana hal tersebut membuat makin hancurnya lahan hutan Mangrove dan sungai tempat kami mencari nafkah.
Kami memohon kepada Bupati Deli Serdang, kapoldasu, Kejatisu dan DPRD Sumut agar mendengarkan aspirasi para nelayan tradisional yang saat ini dalam keadaan tertekan, tertindas dan terzolimi oleh eksploitasi pengerukan pasir sungai, penebangan pohon mangrove, dan penutupan 10 anak sungai (Paluh) seperti paluh udang, paluh luka, paluh lumpur, paluh kurau, paluh besar, paluh pelakak, paluh sorong, paluh benteng, paluh tiga, paluh babi.(Red/Hpr).
Post a Comment