
Secara terpisah, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan insiden di Singkil Aceh terjadi karena "ada kesalahpahaman".
"Jadi mudah-mudahan bisa diselesaikan oleh pejabat di situ," kata Jusuf Kalla kepada wartawan di Jakarta, Selasa (13/10).
Sementara itu, Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos mengatakan ada banyak faktor, bukan hanya intoleransi yang menjadi penyebab terjadinya bentrokan dan pembakaran gereja di Aceh Singkil.
"Singkil konfliknya bukan baru belakangan ini, tapi sejak zaman Orde Baru," kata Bonar.
Maka, menurut Bonar, persoalan ini tidak bisa semata-mata dilihat sebagai persoalan intoleransi atau keberadaan kelompok-kelompok radikal.
"Tetapi ada persaingan kelompok suku, persaingan ekonomi, dan manajemen pemerintahan setempat yang abai dan lemah, keperluan dari pemerintah setempat untuk mendapat dukungan dari pemerintah mayoritas, ini justru jadi faktor-faktor yang lebih signifikan," katanya.
Warga, menurutnya, baru akan kembali dari pengungsian setelah pemerintah memberi jaminan bahwa mereka bisa beribadah di gereja seperti biasa. Erde mengatakan, ini bukan pertama kalinya warga mengalami peristiwa serupa, tapi juga pernah terjadi pada 1979, 2001, dan 2012.
Aksi bentrokan yang terjadi kali ini menyebabkan satu orang tewas, dan empat orang luka-luka.
Pada Rabu (14/10), Kapolri Badrodin Haiti mengunjungi Aceh Singkil dan mengadakan pertemuan dengan Kapolres, Kapolda, Bupati Aceh Singkil, dan pemuka agama setempat.
Penyerangan dan pembakaran gereja di Aceh Singkil telah menyebabkan ribuan orang mengungsi. Selain itu, seorang warga juga dikabarkan meninggal. Saat ini polisi telah menetapkan sejumlah tersangka. Tiga tersangka ditangkap, sedangkan beberapa lainnya masih buron. Polisi juga masih mencari dalang di balik peristiwa itu.

Panglima Kodam Iskandar Muda Mayjen TNI Agus Kriswanto menegaskan bahwa umat Islam di Aceh Singkil sangat toleran terhadap umat kristen, sementara 10 gereja yang dibongkar karena merupakan bangunan Ilegal yang tidak memiliki izin.
“Sebetulnya umat Islam di Aceh Singkil sudah sangat toleran, dari sekian banyak gereja yang ada hanya 10 yang diminta untuk dibongkar karena tidak memiliki izin ” ujar Mayjen Agus sebagaimana dilansir (15/10/2015).
secara terpisah Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso menjelaskan, bentrok berdarah antar warga di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil berawal dari mendirikan satu gereja dan undung-undung (tempat ibadah kecil). Tetapi, pendirian tempat ibadah tersebut tidak sesuai jumlah yang rencananya mau dibangun.
"Jadi secara diam-diam mereka menambah lagi, undung-undung sebanyak 10, ditambah 14 tadi jadi 24. Nah yang 10 mau ditertibkan, sementara 1 gereja dan 14 undung-undung ini pun belum selesai proses perizinannya, ya memang agak terlalu lama. Inilah kejadiannya kenapa besoknya terjadi aksi seperti itu," kata Sutiyoso di Istana, Jakarta, Jumat (15/10).
Pernyataan Mayjen Agus ini disampaikan saat melakukan pertemuan dengan perwakilan umat Islam di Pendopo Bupati Aceh Singkil pada hari kamis, 15 Oktober 2015.
Dalam pertemuan tersebut, Mayjen Agus juga mengatakan pembongkaran 10 gereja juga tidak akan mengurangi kebutuhan ummat kristiani untuk beribadah
Diakhir pertemuan, umat Islam meminta agar pembongkaran 10 gereja ilegal tersebut tetap harus dilaksanakan dan sangat mengharapkan agar 47 warga Singkil yang ditahan bila tidak bersalah harus segera dibebaskan. (Su.Red)
Post a Comment