Jakarta | Potret RI - Sinta Kaniawati selaku General Manager Yayasan Unilever Indonesia mengatakan, “Sejalan dengan salah satu pilar Unilever Sustainable Living Plan (USLP) untuk meningkatkan penghidupan masyarakat, Yayasan Unilever Indonesia yang selama 15 tahun menjadi perpanjangan tangan dari Unilever Indonesia melaksanakan program pengembangan komunitas petani kedelai hitam. Kami menyebutnya istimewa karena program ini bukan saja mengembangkan petani kedelai hitam melainkan turut menggandeng dan memberdayakan ribuan perempuan, terdiri dari buruh tani, istri petani dan kelompok sortasi kedelai hitam yang terlibat dalam kegiatan pemilahan kedelai hitam fase paska panen”.
Inisiatif ini bermula ketika Yayasan Unilever Indonesia menjalankan program pengembangan petani kedelai hitam di tahun 2001 untuk menghasilkan kedelai hitam bermutu tinggi kultiver Malika melalui kemitraan dengan tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada. Program pembinaan petani kedelai hitam meliputi penyediaan benih unggul, bantuan akses keuangan, teknik penanaman dengan prinsip pertanian berkelanjutan, pendampingan teknis di lapangan, serta jaminan pasar yang pasti bagi hasil panenan mereka.
“Kesuksesan Malika tidak hanya membawa dampak positif bagi kehidupan para petani, tapi membuka kesempatan bagi para ibu untuk berkembang dan tidak terbatas pada urusan domestik. Seiring berjalannya waktu, saya melihat peran perempuan sebagai simpul yang menyatukan program kemitraan dunia akademis, Unilever dan petani kedelai hitam. Inilah yang melatarbelakangi kami untuk membentuk kelompok ibu sortasi.” Kata Profesor Dr. Ir Mary Astuti selaku Guru Besar Fakultas Pertanian dari Universitas Gadjah Mada
Memberdayakan perempuan diyakini membawa kebaikan bagi komunitas secara keseluruhan untuk makin mengukuhkan pemberdayaan komunitas petani. Yayasan Unilever Indonesia kemudian menggandeng mitra - mitra lokal seperti PERSADA, Spektra, dan ASSPUK dan untuk menjalankan Program Pemberdayaan Perempuan Saraswati yang saat ini menyertakan tiga (3) aspek pembangunan yaitu; Pengembangan Diri, Pengembangan Ekonomi dan Sosial, dan Pengembangan Organisasi yang mendorong terbentuknya Kelompok Usaha Bersama (KUB), Lembaga Keuangan Perempuan (LKP), dan Kelompok Wanita Tani (KWT).
Berbagai program kelembagaan seperti peningkatan dan penguatan kemampuan individu maupun kelompok yang menyentuh sisi pengetahuan produk, teknologi, keuangan, serta pengembangan bisnis. Lebih jauh, demi meningkatkan kualitas olahan pangan yang diproduksi oleh kelompok-kelompok dampingan Unilever bekerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk memfasilitasi pembuatan nomor P-IRT (Produksi-Industri Rumah Tangga) dan kemasan produk unggulan
“Sebagai perempuan desa, kami merasa diuwongke dan merasa lebih berani untuk berpendapat, berkreasi, serta berorganisasi. Tampil di panggung menjadi pengalaman yang tak terlupakan, saking pede-nya kami saat tampil tidak ada yang percaya kami ini petani asli,” kata Wulandari dari Kelompok Tani Srikandi
Inisiatif ini bermula ketika Yayasan Unilever Indonesia menjalankan program pengembangan petani kedelai hitam di tahun 2001 untuk menghasilkan kedelai hitam bermutu tinggi kultiver Malika melalui kemitraan dengan tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada. Program pembinaan petani kedelai hitam meliputi penyediaan benih unggul, bantuan akses keuangan, teknik penanaman dengan prinsip pertanian berkelanjutan, pendampingan teknis di lapangan, serta jaminan pasar yang pasti bagi hasil panenan mereka.
“Kesuksesan Malika tidak hanya membawa dampak positif bagi kehidupan para petani, tapi membuka kesempatan bagi para ibu untuk berkembang dan tidak terbatas pada urusan domestik. Seiring berjalannya waktu, saya melihat peran perempuan sebagai simpul yang menyatukan program kemitraan dunia akademis, Unilever dan petani kedelai hitam. Inilah yang melatarbelakangi kami untuk membentuk kelompok ibu sortasi.” Kata Profesor Dr. Ir Mary Astuti selaku Guru Besar Fakultas Pertanian dari Universitas Gadjah Mada
Memberdayakan perempuan diyakini membawa kebaikan bagi komunitas secara keseluruhan untuk makin mengukuhkan pemberdayaan komunitas petani. Yayasan Unilever Indonesia kemudian menggandeng mitra - mitra lokal seperti PERSADA, Spektra, dan ASSPUK dan untuk menjalankan Program Pemberdayaan Perempuan Saraswati yang saat ini menyertakan tiga (3) aspek pembangunan yaitu; Pengembangan Diri, Pengembangan Ekonomi dan Sosial, dan Pengembangan Organisasi yang mendorong terbentuknya Kelompok Usaha Bersama (KUB), Lembaga Keuangan Perempuan (LKP), dan Kelompok Wanita Tani (KWT).
Berbagai program kelembagaan seperti peningkatan dan penguatan kemampuan individu maupun kelompok yang menyentuh sisi pengetahuan produk, teknologi, keuangan, serta pengembangan bisnis. Lebih jauh, demi meningkatkan kualitas olahan pangan yang diproduksi oleh kelompok-kelompok dampingan Unilever bekerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk memfasilitasi pembuatan nomor P-IRT (Produksi-Industri Rumah Tangga) dan kemasan produk unggulan
“Sebagai perempuan desa, kami merasa diuwongke dan merasa lebih berani untuk berpendapat, berkreasi, serta berorganisasi. Tampil di panggung menjadi pengalaman yang tak terlupakan, saking pede-nya kami saat tampil tidak ada yang percaya kami ini petani asli,” kata Wulandari dari Kelompok Tani Srikandi
Menyadari bahwa perempuan memiliki potensi untuk mendorong kemajuan masyarakat, Unilever merilis Program Pemberdayaan Perempuan Saraswati sejak tahun 2006 untuk memperkuat Program Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam sehingga memberikan perbaikan taraf hidup keluarga petani secara menyeluruh. Program ini terbentuk atas dasar kesadaran Unilever bahwa operasi bisnisnya memiliki dampak yang signifikan bagi kehidupan para petani yang terlibat di dalam rantai produksi, salah satunya produksi Kecap Bango.
Di tahun 2014, program Pemberdayaan Perempuan Saraswati diperkaya menjadi program yang terintegrasi dari aspek Sosial-Ekonomi-Lingkungan yang selaras dengan Unilever Sustainable Living Plan guna menciptakan inclusive business model untuk memperkuat UKM dari para kelompok perempuan ini. Program Pemberdayaan Perempuan Saraswati tersebar di Bantul dan Kulon Progo, Ngawi, Pacitan, Pekalongan dan Banjarnegara. Hingga tahun 2014, YUI telah membina 90 kelompok petani perempuan meliputi 3.300 perempuan yang tergabung dalam termasuk 10 Kelompok Usaha Bersama (KUB), Kelompok Wanita Tani (KWT) dan Lembaga Keuangan Perempuan (LKP).
“Kami percaya pemberdayaan perempuan mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Alasannya sederhana, perempuan yang berani berekspresi otomatis lebih berdaya memperjuangkan diri dan keluarganya sehingga tercipta kemandirian yang berkelanjutan. Disertai dengan hasil pertanian yang optimal, hal ini tentunya akan menjaga keberlanjutan bisnis Unilever sekaligus memberikan dampak positif terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Kami berharap Program Pemberdayaan Perempuan Saraswati yang telah berjalan selama hampir 10 tahun dapat terus memberdayakan perempuan sebagai usaha dalam mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera,” tutup Sinta.(Su.Red)
“Kami percaya pemberdayaan perempuan mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Alasannya sederhana, perempuan yang berani berekspresi otomatis lebih berdaya memperjuangkan diri dan keluarganya sehingga tercipta kemandirian yang berkelanjutan. Disertai dengan hasil pertanian yang optimal, hal ini tentunya akan menjaga keberlanjutan bisnis Unilever sekaligus memberikan dampak positif terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Kami berharap Program Pemberdayaan Perempuan Saraswati yang telah berjalan selama hampir 10 tahun dapat terus memberdayakan perempuan sebagai usaha dalam mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera,” tutup Sinta.(Su.Red)
Post a Comment