Jakarta | Potret RI - Tausiah dan Doa 112 yang dipimpin Para Habaib dan Ulama memberikan aura yang tidak pernah dirasakan sebelumnya, Tausiah yang menyuarakan kebenaran dan Menuntut Keadilan dari Sikap Seorang Pemimpin yang tidak mendapatkan suatu Keputusan dari akan tindakan Seorang Pemimpin Yang dianggap Zalim itu, dan pada awal awalnya dilakukan pencekalan dan pelarangan dari Pemerintah karena dirasakan mereka mau membuat Aksi terhadap Pemerintahan.
Pada Kesempatan lain juga Ulama telah merasakan pengkriminalisasi oleh sekelompok Politik dan segolongan orang yang merasa ada kepentingan terhadap Kekuasaan yang dimilikinya, namun kekhawatiran itu tidak terwujud sama sekali, malah salah satu Media Televisi yang memiliki jaringan terbesar dengan kepemilikan dari James Riyadi dan pimpinan Metro TV Surya Paloh yang nota bene Pemimpin Partai Nasdem yang berkoalisi dengan Partai PDI-P, membuat pernyataan dengan menyatakan mereka mendapatkan perlakuan kasar ole Para jemaah dan FPI.
Sementara itu Kapolda Metro Irjen Iriawan memberikan apresiasi tinggi kepada peserta aksi 112. Sebab aksi berlangsung aman, tertib dan kondusif. Iriawan mengatakan apa yang dilakukan umat muslim di Jakarta telah menunjukan nilai toleransi beragama.
"Sampai hari ini, sampai detik ini belum ada laporan yang tidak diinginkan. Memang luar biasa umat muslim dalam melaksanakan kegiatan dengan penuh rasa tanggung jawab dan dedikasi tinggi penuh," ujar Irjen Iriawan dalam konferensi pers bersama Pangdam Jaya Mayjen TNI Teddy Lhaksmana di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu (11/2/2017).
Iriawan mengatakan, nilai toleransi beragama yang tinggi dalam aksi 112 telah menampik adanya kepentingan terselubung. "Sehingga yang dilakukan kita mendapat berkah," imbuhnya.
Iriawan memberikan apresiasi tinggi kepada peserta aksi 112. Mereka telah berhasil melakukan aksi aman, tertib dan kondusif. Hal itu dibuktikan dengan tidak adanya laporan menonjol yang diterima dirinya.
Di lain halnya yang menarik dan memberikan semangat, sebanyak enam belas orang tuna netra yang telah hadir sebelum tanggal 11/2 untuk mengikuti Khatam Quran, berjalan beriringan menuju barisan shof bagian depan di Masjid Istiqlal. Dengan memegang satu pundak ke pundak lain, mereka melangkah mengikuti suara komando, orang yang berada paling depan.
Baharudin, ialah salah seorang tuna netra asal Jl. Kampung Sawah, Jatimelati, Kota Bekasi. Ia datang bersama enam belas kawannya mengikuti aksi 112. Ada sebelas tuna netra berangkat dari Bekasi, lima orang lainnya dari Kelapa Gading, Jakarta. Baharudin berangkat menuju Masjid Istiqlal hanya menggunakan angkutan umum.
“Siapa tahu orang sekitar kita berpikir gini ‘yang gak liat aja ikut aksi, masak yg bisa lihat nggak ikut’. Bagaimana biar orang-orang berpikir. Konon, keterbatasan orang lain membuat orang lain termotivasi,” ujarnya.
Ahli pijat dan bekam ini juga mengomentari beberapa kasus akhir-akhir ini. Soal kasus Ahok, ia menilai, fenomena ini mengandung dampak positif bagi umat Islam. Yaitu persatuan. Terkait kriminalisasi ulama, ia mengatakan sudah sejak dulu ulama dimusuhi.
“Kriminalisasi ulama hanya istilah doang yang diganti. Dari zaman tahun 1960-an ulama juga sudah dimusuhi. Kasus PKI itu yang dibunuh siapa? Ya ulama juga,” ujarnya.
Kegiatan Tausiah dan Doa ini berdatangan para Jemaah dari Seluruh Penjuru Daerah di Indonesia, dan memberikan kesempatan bagi warga untuk mencari penghasilan dan beramal, ada diantaranya menawarkan jass hujan bagi jemaah, dan ada yang memberikan makanan ringan dan minuman secara gratis kepada para jemaah yang menghadiri kegiatan Tausiah,"saya melakukan ini untuk mencari amal",ungkap pedagang gorengan.(Su.Red)
Post a Comment